MEWUJUDKAN KEBERSAMAAN DALAM HIDUP BERMASYARAKAT,
MENUMBUKAN OPTIMISME BETAPA
NIKMATNYA MENJALANKAN SYARI’AT.
USTADZ Wijayanto di tengah kesibukannya yang sangat padat dengan berbagai acara
menyempatkan waktu hadir di Masjid Jami'
Ar-Rasyidin Kelurahan Loa Bakung,
Kecamatan Sungai Kunjang, Kota Samarinda
memenuhi harapan warga dan jama'ahnya.
Pada hari Selasa malam Rabu tanggal 2 Sya'ban 1436 Hijriyah = 19 Mei
2015 Miladiyah Ustadz Wijayanto mengisi
Tabligh Akbar yang disambut antusias sehingga
banyak warga dan jama'ah yang hadir
memenuhi ruangan di dalam masjid yang sangat luas itu;
Walaupun posisi beliau pada Senin malam Selasa tengah malam
masih di Bangka Belitung dan hari Selasa perjalanan kembali ke Jakarta dilanjutkan
ke Samarinda sehingga malam hari bisa berada di Loa Bakung Samarinda. Begitu usai Tabligh
Akbar beliaupun akan kembali menuju ke Bandara Balikpapan dan terus ke Jakarta
karena Rabu siang sudah ada jadwal rekaman video dan ceramah di di Ibukota.
"Betapa bahagianya hadir di masjid ini, saya lebih
merasa berbahagia hari ini hadir di
sini dibandingkan dengan saat hadir
untuk berceramah di hadapan para Menteri Kabinet pada Peringatan Isra' Mi'raj
di Jakarta yang lalu. Saat itu ceramah di hadapan Menteri saya hanya diberi
waktu 21 menit dan ketika ceramah sudah berjalan 15 menit saya lihat para
Menteri sudah melihat jam tangannya"
Lebih dari itu, beliau juga mengungkapkan "Sungguh saya
memperhatikan betul untuk memenuhi undangan Tabligh Akbar di Masjid Jami'
Ar-Rasyidin ini, betapa besarnya perhatian saya terhadap undangan ini dapat
saya sampaikan dengan terus terang bahwa dipanggil Jokowi pun saya tidak akan
mau. Betul, memang nama saya bukan Jokowi". begitu beliau menjelaskan
alasannya.
Suasana di Masjid Jami' Ar-Rasyidin malam ini berbeda dengan
hari-bari biasanya, jama'ah penuh di dalam masjid sehingga Ustad Wijayanto
perlu mengecek apakah suaranya jelas terdengar oleh segenap jama'ah yang hadir.
Beliau menanyakan kepada jama'ah : "Apakah suara saya jelas terdengar dari
jama'ah yang ada di belakang?" Jama'ah di belakang pun menjawab :
"Jelas!!" Pertanyaan yang sama kemudian ditanyakan kepada jama'ah
yang ada di bagian kiri, kemudian juga kepada jama'ah yang ada di bagian kanan,
semua menjawab : "Jelas!!".
Untuk lebih meyakinkan Ustadz Wijayanto mengganti pertanyaan
yang diajukan jadi sbb: "Apakah Ibu-Ibu setuju dengan polygami!!",
maka spontan Ibu-Ibu menjawab tegas: "Tidaaak !!", Kemudian
pertanyaan diajukan kepada Bapak-Bapak: "Apakah Bapak-Bapak setuju dengan
polygami, spontan Bapak-Bapak menjawab: "Setujuuu!!" Pertanyaanpun diulang lagi untuk jamaah Ibu-Ibu
dan juga diulang pula untuk Bapak-Bapak dengan jawaban yang tetap konsisten.
Buru-buru ustadz wijayanto menjelaskan bahwa pertanyaan tadi
cuma untuk mengecek saja apakah suraranya jelas di dengar dan terbukti bahwa
suaranya betul-betul jelas terdengar terbukti dari jawabannya yang tetap
konsisten.
Sesuai dengan thema Tabligh Akbar yaitu "Mewujudkan
kebersamaan dalam bermasyarakat sebagaimana kebersamaan dalam shalat",
ustadz Wijayanto meminta kepada segenap jama'ah semuanya untuk menghadap ke
kiri kemudian memegang bahu jama'ah yang di depannya kemudian memijitnya. Tampak
Bapak Ir. H. Ibnoe Nirwani M.M. Ketua Umum Badan Pengelola Masjid Jami'
Ar-Rasyidinpun memenuhi permintaan itu, begitu juga Bapak Fahmi Muzakkir Lurah
Loa Bakung. Kemudian, diminta jama'ah berbalik menghadap ke kanan dan memegang
bahu jama'ah di depannya serta memijitnya. Beliaupun kemudian mengatakan, tugas
saya sudah selesai. "Saya diundang ke masjid ini untuk mewujudkan
kebersamaan dalam bermasyarakat,, tadi sudah terwujud kebersamaan itu dengan
saling memijit", begitu katanya mantap.
Berikutnya, Ustadz Wijayanto meminta para jama'ah untuk
mengangkat tangan dan mengerak-gerakannya, lalu ketika dilanjutkan dengan
permintaan agar para jama'ah memegang dagunya ternyata banyak jama'ah yang
tidak sadar, bukan dagu yang dipegang tetapi jidaatnya. Rupanya para jama'ah bukan
memperhatikan apa yang dikatakan Ustadz Wijayanto melainkan memperhatikan
tangannya yang diletakkan di jidat. Ustadz Wijayantopun mengulangi :
"Pegang dagu!!!", Masih banyak jama'ah yang tetap belum sadar bahwa
apa yang diperbuatnya tidak sesuai dengan ucapan perintah yang diberikan. Baru
setelah di tanyakan lagi "Saya tadi minta pegang apa?" Jama'ahpun
menjawab "Dagu!!", baru sadar, bahwa tangannya bukan nempel di dagu
tetapi di jidat.
Ustadz Wijayanto mengajak para jama'ah untuk mengambil
hikmah Isra' wal Mi'raj, Isra' yang di artikan sebagai menjaga hubungan
horizontal dengan sesama manusia (hablum minannas) dan Mi'raj diartikan sebagai
menjaga hubungan dengan Sang Khaliq (hablum minAllah).
Para jama'ah terlihat masih tetap bertahan walaupun ceramah
sudah hampir dua jam, para jama'ah masih juga terpaku memperhatikan ceramah
Ustadz Wijayanto. Bahkan ketika Ustadz Wijayanto menguji dengan tawaran : "Bagaimana kalau
ceramah dilanjutkan sampai pukul 12 malam, setuju? Jama'ahpun menjawab :
"Setujuuu?
"Silahkan bertahan sampai pukul 12 malam, saya pulang
duluan, sudah sejak tadi malam saya belum tidur", begitu beliau menggumam.
Sebelum mengakhiri tablighnya, Ustadz Wijayanto (UW) mengajak Ibu-Ibu
(IB) berdialog untuk mengetahui pandangan
dan sikapnya berkaitan dengan Syari’at Islam yang mengatur dan memperbolehkan
adanya polygami, simak dialognya sbb:
UW: "Bagaimana Ibu-Ibu,
syari’at Islam sudah mengatur adanya polygami, setuju dengan polygami?"
IB :
"Tidaaak!!.
UW : "Apakah
Ibu-Ibu tahu, banyak yang mana di dunia ini atau di lingkungan sekitar Ibu-Ibu,
jumlah laki-laki atau perempuan?"
IB: "Perempuan".
UW: "Jika betul begitu dan setiap laki-laki hanya
menikah dengan satu orang perempuan berarti ada perempuan yang tidak kebagian
suami, Ibu-Ibu belum ada rasa
kebersamaan, egois!!, Jadi bagaimana,
Ibu-Ibu setuju polygami?
IB: "Tidaaak!!.
UW : "Mana yang
Ibu-Ibu pilih berkaitan tugas di dalam rumah tangga, apakah Ibu-Ibu senang tugas yang berat atau
tugas yang ringan?
IB : "Ringaaan !!".
UW: "Nah itu dia, kalau tugas berat di kerjakan bersama
dengan istri kedua atau istri ke tiga kan jadi ringan !!".
IB: ".....???!!!"
UW: "Jadi Ibu-Ibu setuju
polygami?"
IB:"Tidaak!!
Maka kemudian setelah beberapa saat dialog dengan beberapa
kali pertanyaan tentang pendapat Ibu-Ibu terhadap polygami selalu terdengar jawaban konsisten
"tidak Setuju" maka Ustadz Wijayanto mengungkapkan rasa syukurnya
bahwa ketika pertanyaan serupa pernah diajukan kepada istrinya di rumah, secara mantap mendapatkan jawaban setuju dari
istri yang sangat dicintai itu Sungguh
Istri beliau sangat mengharap ridha
Allah dan ingin agar beban rumah tangganya menjadi ringan. Betul, istrinya bilang mengijinkan Ustadz
Wijayanto untuk menikah lagi dengan catatan jika yakin bahwa dengan pernikahan
itu dapat membawa bersama lebih dekat kepada Allah SWT yang berarti menjadi
dekat dengan syurga dan menjauhkan dari kekufuran kepada Allah SWT yang berarti
menjauhkan dari neraka, sebaliknya Sang Istri tidak mengijinkan jika pernikahan
itu akan lebih mendekatkan ke neraka dan
menjauhkan dari syurga. Begitulah,
betapa bahagianya pasangan suami istri
yang shaleh dan shalihah dapat membuat rumahtangga menjadi
bahagia penuh dengan optimism
sehingga dapat merasakan betapa nikmatnya
dalam menjalankan syari’at.
Perlu juga diketahui bahwa Istri Ustadz Wijayanto sebelum dinikahi adalah juga
mahasiswanya. Ustadz Wijayanto yang kini
telah menyandang gelar Doktor itu rupanya
juga menaruh perhatian kepadanya.
Jadilah kini dia istrinya. Suatu
ketika (cerita beliau selanjutnya)
ada seorang perempuan lewat di depan rumah, istrinya meminta Ustadz
Wijayanto untuk menikahinya, ustadz
Wijayanto yang semula bingung dan ragu untuk
menjawabnya kemudian memutuskan untuk
menyetujui dengan catatan tidak perlu didaftarkan ke KUA dan cukup memberi
nafkah lahir saja tidak perlu memberi nafkah bahtin (biologis). Istripun
setuju. Maka pada waktu-waktu tertentu
beliapun memberikan nafkahnya kepada perempuan yang telah tua itu yang telah
lama menjadi janda. Ustadz Wijayanto sangat bersyukur, anaknya sekarang banyak,
ada 148 orang, tinggal dan dirawat dalam
sebuah Yayasan Pembinaan Anak di Yogyakarta. Diharapkan anak-anak yang dirawat dan
dididiknya itu kelak menjadi orang-orang yang shaleh sehingga berguna bagi agama, nusa, bangsa dan
ummat manusia. Ustadz Wijayanto selalu
optimis dan tidak pernah merasa khawatir karena anak-anak itu semua telah
diberikan jatah rezki dari Allah SWT sehingga tidak pernah kelaparan. "Bisa jadi sebagian rezki itu juga
datang dari Samarinda dari Panitia Tabligh Akbar Masjid Jami' Ar-Rasyidin yang
mengundang saya hadir di sini" demikian beliau berkelakar yang bikin
suasana menjadi segar.
Ketika acara sudah selesai dan Ustadz Wijayanto kembali
duduk di sajadah, beberapa jama'ah mendekat dan duduk di sampingnya, kemudian
mengluarkan sesuatu dari sakunya, ternyata yang diambil adalah tustel untuk
foto selfy.
Pembicaraan para jama'ah ketika keluar dari masjid setelah
usai Tabligh Akbar terdengar seragam, semuanya merasa puas dengan acara malam
ini yang dinilai sangat spesial dan berkesan sehingga mereka berdo'a kepada Allah SWT dengan harapan agar pada
suatu saat nanti beliau dapat hadir lagi
di Samarinda.
InsyaAllah do'a dan
harapan jama'ah yang ikhlas dari dalam hati itu akan dapat terkabul, dalam
bulan Ramadhan nanti ada jadwal beliau untuk datang lagi ke Samarinda karena
ada acara yang disiarkan oleh sebuah saluran TV. Bagi segenap warga muslim
disarankan untuk tidak melewatkannya jida rencana itu dapat terealisir.
https://www.facebook.com/media/set/?set=a.362676487261760.1073741833.230905207105556&type=3&uploaded=20